The "virtual" line and transparency in this design combined with cultural differences in the millennium era that sees something as taboo with deeply rooted contradictions in a society that over time is regulated by the times. The experience of the space that considers the connection of nature and also the spiritual becomes the main key. Communication architecture is poured with simplicity and local elements (Tri Hita Karana) local with a different perspective in the rational mindset. Structuring a void that unites mind, body, and spirit in which is responsive and a blurred boundary between spaces in this milineal era.
-
Garis “maya” dan transparansi dalam desain ini yang dipadukan dengan perbedaan budaya di era milenial yang melihat sesuatu sebagai suatu hal yang taboo dengan kontradiksi yang sangat mengakar di tengah masyarakat yang seiring waktu tergurus oleh jaman. Pengalaman ruang yang memperhatikkan koneksi alam dan juga spiritual menjadi kunci utamanya. Komunikasi arsitektur dituangkan dengan kesederhanaan dan mengangkat unsur lokal (Tri Hita Karana) setempat dengan perspektif yang berbeda dalam pola pikir rasional. Penataan berupa void yang menyatukan mind, body, dan spirit di mana bersifat responsif dan menjadi batas kabur antar ruang di era milineal ini.
The "virtual" line and transparency in this design combined with cultural differences in the millennium era that sees something as taboo with deeply rooted contradictions in a society that over time is regulated by the times. The experience of the space that considers the connection of nature and also the spiritual becomes the main key. Communication architecture is poured with simplicity and local elements (Tri Hita Karana) local with a different perspective in the rational mindset. Structuring a void that unites mind, body, and spirit in which is responsive and a blurred boundary between spaces in this milineal era.
-
Garis “maya” dan transparansi dalam desain ini yang dipadukan dengan perbedaan budaya di era milenial yang melihat sesuatu sebagai suatu hal yang taboo dengan kontradiksi yang sangat mengakar di tengah masyarakat yang seiring waktu tergurus oleh jaman. Pengalaman ruang yang memperhatikkan koneksi alam dan juga spiritual menjadi kunci utamanya. Komunikasi arsitektur dituangkan dengan kesederhanaan dan mengangkat unsur lokal (Tri Hita Karana) setempat dengan perspektif yang berbeda dalam pola pikir rasional. Penataan berupa void yang menyatukan mind, body, dan spirit di mana bersifat responsif dan menjadi batas kabur antar ruang di era milineal ini.
The "virtual" line and transparency in this design combined with cultural differences in the millennium era that sees something as taboo with deeply rooted contradictions in a society that over time is regulated by the times. The experience of the space that considers the connection of nature and also the spiritual becomes the main key. Communication architecture is poured with simplicity and local elements (Tri Hita Karana) local with a different perspective in the rational mindset. Structuring a void that unites mind, body, and spirit in which is responsive and a blurred boundary between spaces in this milineal era.
-
Garis “maya” dan transparansi dalam desain ini yang dipadukan dengan perbedaan budaya di era milenial yang melihat sesuatu sebagai suatu hal yang taboo dengan kontradiksi yang sangat mengakar di tengah masyarakat yang seiring waktu tergurus oleh jaman. Pengalaman ruang yang memperhatikkan koneksi alam dan juga spiritual menjadi kunci utamanya. Komunikasi arsitektur dituangkan dengan kesederhanaan dan mengangkat unsur lokal (Tri Hita Karana) setempat dengan perspektif yang berbeda dalam pola pikir rasional. Penataan berupa void yang menyatukan mind, body, dan spirit di mana bersifat responsif dan menjadi batas kabur antar ruang di era milineal ini.